Abstract Dalam Pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 guru dihadapi oleh suatu kendala atas perubahan dunia pendidikan khususnya pada pendidikan anak usia dini, sehingga dari kendala
Porseni TK Se-Kota Bekasi di Pasar Seni, Taman Impian Jaya Semenanjung, 2015 Foto Azan Pater Ayah dan Bunda, Pendidik dan pemerhati Pendidikan Anak Jiwa Prematur PAUD, jangan lalai ya hendaknya si kecil yang cantik dan ganteng itu mendapatkan pencapaian perkembangan yang optimal, sebaiknya mengikuti 10 pendirian proses pengajian pengkajian PAUD. Karena ke-10 kaidah itu akan menentukan keberhasilan perkembangannya sesuai dengan karakteristik anak asuh, minat momongan dan potensi anak asuh tersebut. Apakah 10 prinsip proses pembelajaran PAUD itu ? Berikut adalah ulasan masing-masingnya Belajar Melangkahi Berlaku >> sekalipun sudah taksir jadul kata-pembukaan ini hanya Ayah-Bunda teristiadat ketahui bahwa anak asuh di sukma 0-6 waktu masih berbenda pada perian-tahun dolan. Berlaku merupakan cara yang tepat dalam memberikan rangsangan pendidikan. Karena prinsip dan pola pembelajaran sambil bertindak sianak bisa diberikan pembelajaran yang berarti dan si anak tentu tidak cepat bosan. Adaptasi pada Perkembangan Anak >> Ayah-Bunda dan pendidik PAUD seharusnya tanggap bahwa semua aspek perkembangan anak usia 0-6 tahun harus disesuaikan dengan tinggi usia anak. Makara jangan sampai keliru ya memasrahkan pendidikan sesuai dengan usianya. Perhatikan pembagian penunjuk pencapaian anak asuh sesuai dengan kehidupan; a. 0-1 masa 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, 9=12 wulan; b 1-2 tahun 12-18 bulan, 18 bulan s/d 2 tahun; c. 2-4 tahun 2-3 tahun dan 3-4 tahun; serta d. 4-6 waktu 4-5 musim dan 5-6 waktu. Orientasi lega Kebutuhan Anak >> lakukan anak asuh stimulasi dan rangsangan yang diberikan harus mampu memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan spirit dan kemampuannya. Cak kenapa harus disesuaikan dengan kemampuan anak, Ayah-Bunda dan Pendidik PAUD harus juga mengetahui perangsangan kebutuhan momongan bakal anak asuh yang punya keterbatasan seperti anak penyandang cacat, hiperaktif dan autisme. Sehingga cermin pendidikan wajib disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi momongan PAUD. Sehingga metode dan mandu mengajar tidak bisa diseragamkan terhadap semua anak asuh PAUD, karena kemampuan dan kebutuhan mereka farik-cedera. Berpusat puas Anak >> prinsip penelaahan terhadap anak asuh PAUD berikutnya yakni bahwa semua pola pendidikan harus berpusat plong anak asuh tersebut. Artinya, Ayah-Bunda dan Pendidik PAUD seharusnya dapat menciptakan suasana nan bisa menyorong agar sang anak asuh bersemangat dalam membiasakan, memiliki motivasi yang awet, punya keinginan dan minat nan tinggi, kaya berkreatifitas, memiliki inisiatif, punya inspirasi, inovasi, dan mempunyai kemandirian tentunya sesuai dengan potensi, minat, karakteristik dan tingkat kronologi momongan serta disesuaikan lagi dengan kebutuhan momongan PAUD. Pengajian pengkajian Aktif >> anak PAUD haruslah di dorong kerjakan berpunya menciptakan suasana sianak mampu untuk bertambah aktif mencari, menemukan, menentukan seleksian, mengemukakan pendapat dan sekiranya bisa didorong mudahmudahan anak mampu melakukannya dengan mengasihkan kesempatan terhadap anak bagi mengalami seorang suatu pembelajaran agar memori sang anak asuh menjadi lebih lestari terhadap sesuatu. Aklimatisasi pada Pengembangan Nilai-Nilai Fiil >> fiil berupa harus dibentuk sejak dini terhadap momongan. Kejadian ini karena ekspansi karakter tidak bisa dilakukan dengan pembelajaran serentak dan sesaat. Karakter positif doang akan tertuju lega diri anak apabila diberikan melalui proses pembelajaran dengan mengembangkan potensi pengetahuan anak dan ketangkasan yang dimilikinya lewat proses pembiasaan dan keteladanan. Aklimatisasi plong Peluasan Kecakapan Nyawa >> salah satu target mendidik anak asuh semangat PAUD adalah menciptakan sianak pada kemandirian. Kemandirian merupakan riuk satu kecakapan hidup yang menjadi asupan anak nan dilakukan secara terpadu dalam proses pengajian pengkajian pada kompetensi pengetahuan dan keterampilan momongan PAUD. Kegiatan ini lagi lebih mudah apabila dilakukan dengan metode habituasi dan keteladanan dari Ayah-Bunda dan Pendidik PAUD. Dukungan Mileu yang Kondusif >> dukungan yang dimaksud adalah apabila lembaga PAUD/TK/RA mampu menciptakan lingkungan yang sedemikian rupa agar terpandang lebih menarik, menyenangkan, aman dan nyaman bagi sianak. Salah suatu acuan, kerumahtanggaan penataan rubrik harus diatur agar interaksi antara pendidik dengan anak, pengampu dengan anak dan antar anak dengan anak lainnya harus disesuaikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan kemapuan daya ulur anak asuh. Orientasi plong Pembelajaran yang Demokratis >> demokrasi bukan cuma milik anggota DPR dan dilakukan maka dari itu orang dewasa pada saat menentukan pilihannya di pemilu dan pilkada. Sejak hidup dini kembali mesti diperkenalkan pembelajaran yang demokratis sahaja tidak memberikan pemahaman soal tugas dan maslahat DPR serta cak bagi apa pemilukada. Pembelajaran yang demokratis misalnya diperlukan agar sianak dapat menghargai ataupun rasa saling menghargai apakah terhadap gurunya, ayah-bundanya, juga moga tukar menghargai antar sesama temannya. Kaidah saling menghargai ini merupakan cita-cita Bangsa Indonesia nan memang berbeda-beda agama, suku, ras, golongan dan asal wilayah serta bahasanya. Penataran yang Demokratis ini menjadi terdepan buat pelepas si anak dimasa mendatang hendaknya mampu berperangai toleran dan nasib berapit dengan perbedaan di mahajana. Pendayagunaan Alat angkut Belajar dan Sumur Berlatih >> pendidikan PAUD akan berhasil bila dilakukan lebih konstektual dan bermakna. Bikin bisa melakukan proses pembelajaran secara konstektual dan berarti, mata air sparing dan kendaraan sparing termasuk nara perigi yang menjadi topik adalah hal yang paling utama disempurnakan dan disesuaikan. Nara sumber dan sendang belajar menjadi terdahulu apabila topik penerimaan ditujukan pada profesi tertentu yang ada di masyarakat. Misalnya dokter, polisi, pengail, petugas pemadam kebakaran, petugas habis lintas, kasir, tentara/TNI, naik haji atau ibarat guru pendidik dan menjadi Ayah-Bunda ayah bunda itu seorang. Demikianlah 10 prinsip pembelajaran di PAUD yang dapat diterapkan oleh Pendidik dan Ayah-Bunda kerumahtanggaan menentukan penilaian keberuntungan puas pencapaian kronologi anak secara optimal tentunya sesuai dengan karakteristik, minat dan potensi sianak tersebut. Hendaknya berfaedah … BangImamBerbagi PAUD Kurikulum2013PAUD HAN2015 Oleh Tengku Imam Kobul Moh. Yahya S Seruan salat Imam adalah pemerhati pendidikan anak usia dini dan tinggal di Bekasi Facebook Seruan sembahyang Imam Kinali Bekasi Twitter BangImam Email

Adapunprinsip-prinsip penentuan metode dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :9 a. Prinsip motivasi dan tujuan belajar. Motivasi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam proses belajar mengajar. Belajar tanpa motivasi seperti

Tujuan dan prinsip pembelajaran PAUD dalam 10 Prinsip-Prinsip Pembalajaran PAUD Kurikulum 2013. Pengertian prinsip-prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode dilihat dari segi 1 bahan yang akan dibelajarkan, 2 prosedur pembelajaran bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan, 3 gurunya, dan 4 siswanya Larsen & Freeman, 1986. 10 Prinsip-Prinsip Pembalajaran PAUD Kurikulum 2013 Dalam Buku Panduan Pendidik Kurikulum 2013 PAUD Anak Usia 5-6 Tahun disebutkan ada sepuluh prinsip-prinsip pembelajaran PAUD yaitu sebagai berikut 1. Belajar melalui bermain Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. 2. Berorientasi pada perkembangan anak Pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak. 3. Berorientasi pada kebutuhan anak Pendidik harus mampu memberi rangsangan pendidikan atau stimulasisesuai dengan kebutuhan anak, termasuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus. 4. Berpusat pada anak Pendidik harus menciptakan suasana yang bisa mendorong semangatbelajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak. 5. Pembelajaran aktif Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang mendorong anak aktifmencari, menemukan, menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan melakukan serta mengalami sendiri. 6. Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter yang positif pada anak. Pengembangan nilai- nilai karakter tidak dengan pembelajaran langsung, akan tetapi melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan. 7. Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkankemandirian anak. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu baik melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan maupun melalui pembiasaan dan keteladanan. 8. Didukung oleh lingkungan yang kondusif Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik,menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur agar anak dapat berinteraksi dengan pendidik, pengasuh, dan anak lain. 9. Berorientasi pada pembelajaran yang demokratis Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk mengembangkanrasa saling menghargai antara anak dengan pendidik, dan antara anak dengan anak lain. 10. Pemanfaatan media belajar, sumber belajar, dan narasumber Penggunaan media belajar, sumber belajar, dan narasumber yang ada di lingkungan PAUD bertujuan agar pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna. Termasuk narasumber adalah orang-orang dengan profesi tertentu yang dilibatkan sesuai dengan tema, misalnya dokter, polisi, nelayan, dan petugas pemadam kebakaran. Portal pendidikan anak usia dini no. 1 di Indonesia, Kurikulum dan pembelajaran PAUD terbaru. Follow sosial media kami. Daribeberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasanya perencanaan pembelajaran MI adalah suatu persiapan untuk melaksanakan aktifitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran serta melalui langkah-langkah dalam pembelajaran yang menjadi suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang saling berinteraksi, kita mengetahui ihwal hakikat anak usia dini dari ragam pendekatan, ruang lingkup, serta pandangan para tokoh pendidikan tentang anak usia dini, maka pada tulisan ini saya akan mencoba mengurai pengaruh ragam pendangan tersebut terhadap pendekatan proses pembelajaran anak. . Baca juga Mengenal Hakikat Anak Usia Dini Karakteristik Anak Usia Dini Pada tulisan sebelumnya, saya sudah tegaskan bahwa pandangan terhadap anak akan berpengaruh pada cara kita mendekati dan mendidik anak. Ragam pandangan terhadap anak usia dini membawa implikasi terhadap proses pembelajaran. Inilah 12 prinsip pembelajaran anak usia dini. Berorentasi Pada Kebutuhan Anak secara Holistik Proses pembelajaran anak usia dini harus memperhatikan kebutuhan anak secara holistik. Dalam pandangan Maslow, ada lima jenjang kebutuhan anak. Pertama, kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan biologis lainnya. Kedua, kebutuhan keamanan dan keselamatan, seperti bebas dari ancaman, tekanan, teror, dan rasa sakit. Ketiga, kebutuhan sosial, seperti memiliki teman, memiliki keluarga dan kebutuhan kasih sayang. keempat, kebutuhan harga diri, seperti kebutuhan akan diterima orang lain, dihormati orang lain, percaya diri serta harga diri. Kelima, kebutuhan aktualisasi diri, seperti kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Pendidik harus memperhatikan semua aspek kebutuhan itu agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Anak-anak tak akan mampu belajar dengan nyaman ketika dirinya merasa terancam dan tertekan, merasa lapar, merasa tak dihargai serta penegasian lainnya. Aspek kesehatan gizi, pengasuhan, pendidikan dan perlindungan harus diperhatikan oleh pendidik. Untuk memenuhi ragam kebutuhan anak yang sangat kompleks itu tentu tak cukup dengan hanya seorang guru dan pihak sekolah, tapi juga harus melibatkan semua pihak, seperti lembaga PAUD yang harus bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi, kesejahteraan sosial lembaga bahkan hukum hingga yang paling fundamental, yakni orangtua. Berorentasi pada Perkembangan Anak Pendidikan harus mengembangkan semua aspek perkembangan anak sesuai dengan keunikannya. Perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari faktor bawaan, pengasuhan dalam keluarga, pendidikan, kesehatan hingga asupan gizi. Meski usia anak sama tapi belum tentu tahap perkembangannya sama, ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Pendidik dalam proses pembelajaran harus berorentasi pada perkembangan tiap-tiap anak. Proses pembelajaran boleh kolektif, tapi stimulus dan kegiatan pendukung harus memperhatikan proses perkembangan tiap-tiap anak. Pemerintah melalui Permendikbud 137 telah membuat standar tingkat pencapaian perkembangan anak STPPA yang mencakup perkembangan moral-agama, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta ini adalah sebagai out put dari lembaga PAUD nantinya. Dalam Permendikbud sudah dengan rinci tahap-tahap perkembangan minimal anak mulai dari lahir hingga usia 6 tahun. Pendidik bisa menjadikan STPPA ini sebagai pegangan untuk melihat tiap-tiap pekembangan anak berdasarkan dengan usia. Tapi yang paling penting dalam prinsip ini adalah memperhatikan setiap perkembangan berdasarkan dengan keunikan tiap-tiap anak. Keunikan yang dimaksud adalah berdasarkan latar belakang keluarga, gen, kesehatan dan asupan gizi anak. Pendidik tidak bisa menggeneralisir perkembangan anak berdasarkan STPPA hanya berdasarkan satu aspek saja. Untuk itulah butuh ketelitian, kejelian dan kesabaran dalam melihat perkembangan serta menstimulus sesuai kemampuannya. Belajar Melalui Bermain Albert Einstein menegaskan “Bermain adalah bentuk riset tertinggi.” Bermain bagi anak usia dini adalah belajar itu sendiri. Dengan bermain, aspek motorik anak aktif, bahasa anak terasah, kognitif anak berkembang dan emosi anak juga terolah. Anak belajar sosialisasi, memecahkan masalah dan mengolah emosi melalui ragam permainan. Bermain adalah proses pembelajaran yang paling bermakna bagi anak. Bermain bukan jeda atau mengisi waktu senggang anak setelah lama belajar, tapi bermain adalah belajar itu sendiri. Pendidik anak usia dini perlu menjadikan belajar itu terasa seperti bermain agar anak-anak tak cepat bosan, tertekan dan terkendali. Belajar seakan anak bersenang-bersenang. Betapa pentingnya bersenang-senang dalam belajar karena dengan bersenang-senang, maka anak akan meningkat emosi positifnya, anak-anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif. Ide-ide baru itu lahir dari pikiran dan perasaan yang bebas dan penuh dengan kesenangan, buan dari tekanan dan ketakutan. Berbasis Kecerdasan Majemuk Penelitian dalam bidang neuroscience ilmu tentang saraf telah menemukan sesuatu yang menakjubkan ihwal perkembangan awal otak anak. Pada saat anak lahir, sel otak sudah terbentuk yang jumlahnya mencapai 100-200 miliar. Setiap sel itu dapat membangun koneksi dengan sel saraf otak atau membuat kombinasi. Anda bisa bayangkan ketika kombinasi itu terjadi semua maka, 100 miliar x Agar sel otak itu semua terbangun koneksinya, sangat tergantung pada lingkungan keluarga, sekolah dan bahkan masyarakat. Dalam teori Multiple Intelligences, terdapat sembilan kecerdasan anak; mulai dari kecerdasan linguistik, matematik-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal, intrapersonal, interpersonal, naturalis hingga kecerdasan eksistensial. Teori ini ingin menegaskan bahwa tak ada anak yang bodoh, yang ada adalah pendidik yang belum mampu melejitkan potensi kecerdasan anak karena keterbatasan metode. Dari dua perspektif itu, saya ingin mengatakan bahwa anak usia dini adalah masa yang sangat krusial dan potensial. Krusial karena apabila keluarga atau guru tak dapat membangun lingkungan yang kondusif bagi pengasuhan dan pendidikan anak, maka akan ada triliunan koneksi sel yang layu dan berujung gagal tersambung. Sebaliknya, apabila lingkungan kondusif dan mampu membangun koneksi, maka itu akan menjadi pondasi utama untuk masa depan kecerdasan anak. Untuk itulah, memandang anak itu harus berbasis kecerdasan majemuk agar tak muncul stigma anak yang bodoh dan terbelakang saat melihat perbedaan perkembangan anak. Dengan menjadikan kecerdasan majemuk sabagai paradigma pendidik untuk menstimulus anak, maka pendidik akan melihat anak sesuai dengan kodratnya. Belajar secara Bertahap Belajar secara bertahap berarti belajar dari yang paling sederhana menuju tahap kompleks, dari yang kongkrit menuju ke abstrak, dari gerakan ke verbal dan dari sendiri ke sosial. Setiap tokoh pendidikan anak usia dini mempunyai konsep tersendiri ihwal tahap-tahap belajar untuk anak; ada Piaget dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, tahap pembelajaran ala Vygotsky, serta ragam proses pembelajaran menurut para ahli lainnya. Poin utama dari sekian banyak pola pembelajaran dari para tokoh tersebut adalah proses pembelajaran harus berlangsung secara bertahap. Hal ini harus menjadi pegangan bagi pendidik bahwa anak usia dini proses belajar tidak langsung berpikir abstrak tanpa melalui proses berpikir kongkrit. Pembelajaran yang Aktif Sejatinya, anak usia dini adalah pembelajar secara aktif sejak awal. Ia banyak mengoceh, bergerak, bermain dan memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain serta banyak bertanya. Hal itu menunjukkan bahwa anak usia dini sudah menjadi pembelajar aktif sejak awal. Pendidik anak usaha dini perlu memperkaya lingkungan belajar dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta kian menggugah rasa ingin tahu anak. Motivasi anak dan daya berpikir kritis dan kreatifnya perlu ditumbuhkan lagi dengan lingkungan yang menantang. Lingkungan yang menantang akan membangkitkan inisiatif anak. Itulah inti proses pembelajaran aktif. Proses pembelajaran yang membuat anak melakukan sesuatu atas inisiatif sendiri, bukan karena ada instruksi dan proses pembelajaran yang mampu mengaktifkan semua aspek perkembangan anak. Belajar melalui Interaksi Sosial Ketika anak bertemu dengan orang lain, baik itu temannya, orangtua dan gurunya, maka sebenarnya itu terjadi proses stimulus-respon dengan baik lingkungan memberi masukan pada anak dan anak akan belajar untuk meniru dan mengikuti. Interaksi antara orang dewasa dan anak-anak akan memberikan input pada anak-anak. Interaksi yang paling utama dalam konteks anak usia dini adalah hubungan dengan orangtua. Maka pendidik anak usia dini dalam konteks ini lebih pada proses mendukung anak-anak berinteraksi dengan teman sebayanya serta orang dewasa lainnya untuk menjadi sosok yang lebih mandiri. Guru mempunyai peran untuk mendorong serta menfasilitasi proses perkembangan anak. Berorentasi pada Pengembangan Karakter Anak Proses stimulus untuk anak usia dini juga diarahkan untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter yang di lakukan dengan proses pembiasaan dan keteladanan. Ada beberapa nilai-nilai karakter yang termuat dalam kompetensi dasar sikap, seperti a menerima ajaran agama yang dianutnya, b menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, c memiliki prilaku hidup sehat, d sabar, e disiplin, f peduli, g bertanggung jawab serta berbagai karakter lainnya. Pendidik anak usia dini bagi saya, saat ini yang perlu dikedepankan adalah menumbuhkan sikap karakter. Saya melihat orang dewasa kita sedang devisit orang-orang berkarakter. Di jalanan, kita terlalu biasa melihat pemakai sepeda motor begitu berkuasa melewati trotoar, para pejalan kaki dengan seenaknya menyebrang, orang-orang dengan mudahnya membuang sampah sembarangan hingga obral ketidakjujuran yang menjangkiti institusi pendidikan hingga institusi pemerintahan kita yang terhormat. Semua itu adalah tentang karakter, tentang kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, kedisiplinan dan nilai-nilai karakter lainnya yang hilang. Untuk itu, pendidik anak usia dini perlu merawat dan menyiram taman-taman itu agar tumbuh bersemi anak-anak yang berkarakter di kemudian hari. Menggunakan lingkungan yang Kondusif Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik ketika didukung oleh lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang kondusif akan menambah gairah anak untuk belajar. Lingkungan kondusif mencakup suasana yang bagus, waktu yang cukup serta penataan ruangan. Suasana lingkungan belajar yang mendukung untuk anak meliputi lingkungan yang memberikan perlindungan dan kenyamaan saat anak bermain, memberikan kebebasan, tersedia bahan dan alat yang lengkap untuk ide-ide anak. Sementara penataan lingkungan yang mendukung mencakup; kebersihannya terjaga, semuat alat yang ada terjaga keamanannya serta selalu ditata dengan rapi setiap selesai bermain agar anak terbiasa. Merangsang Kreativitas Anak Anak usia dini sejak awal sudah terlahir kreatif. Pendidik mempunyai peran untuk mengeluarkan kreativitas anak secara maksimal melalui proses pembelajarannya. Tentu kreativitas anak usia dini akan terangsang apabila proses pembelajaran berlangsung dengan sangat menyenangkan, tak merasa dibebani, menghargai inisiatif dan ide-ide anak. Pendidik yang merangsang kreativitas anak harus dilandasi dengan pemahaman yang utuh tentang anak-anak. Jangan sampai pendidik anak secara parsial sehingga akan melahirkan label anak yang pintar dan yang bodoh. Pendidik kreatif menjadikan anak usia dini sebagai raja yang harus dilayani dengan penuh kasih sayang dan tulus. Hanya pembantu yang tak tahu diri yang berani berkata kasar pada raja dan bahkan berkata negatif pada raja. Mengembangkan Kecakapan Hidup Badan kesehatan dunia WHO mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi serta berprilaku positif. Dengan mengembangkan kecakapan hidup anak, maka mereka diharpakan nantinya mampu menghadapi segala bentuk tantangan dalam kehidupan yang kian hari kian kompleks di masa yang akan datang. Persoalan utama adalah, kecakapan hidup apa saja yang perlu dipersiapkan untuk anak usia dini agar mampu hidup sukses di masa yang akan datang? Kalau merujuk secara umum, tentu tugas pendidikn adalah mengembangkan kecakapan hidup anak berbasis pada aspek perkembangan anak, mulai dari bahasa, fisik-motorik, moral, sosial, emosional dan kreativitas. Tapi beberapa penelitian sudah mulai banyak ihwal kecakapan hidup apa yang paling dibutuhkan untuk anak usia dini agar nanti mampu hidup sukses dan beradaptasi dengan segala perubahan dan tuntutan zaman. baca juga 7 Keterampilan dasar yang Membuat Anak sukses Media dan Sumber Belajar Sesuai dengan Kondisi Budaya Pembelajaran itu mestinya kian mendekatkan anak-anak dengan lingkungan budaya, bukan justru mencerabutnya. Untuk itu, media dan sumber belajar anak harus lebih mengutamakan dari lingkungan sekitar, seperti tema memperkenalkan ragam profesi, tentu yang paling dengan lingkungan sosial budaya kita adalah dokter, polisi, nelayan, petani, petugas kebakaran serta ragam profesi lainnya yang kontesktual dengan zaman kekinian. Penggunaan media dan sumber belajar ini akan mengasah kepekaan anak tentang kondisi yang terjadi di sekitarnya. Anak-anak akan lebih sadar lingkungan dan budayanya. Anak-anak tak harus menjadikan alat permainan pabrikan sebagai sumber utama, tapi ragam sumber belajar dari alam sekitar, seperti daun, batu, tanaman serta sumber lokal lainnya bisa dijadikan sebagai media untuk proses pembelajaran anak usia dini. Daftar Bacaan Ahmad Susanto, 2015, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak, Jakarta Prenadamedia Group. Pedoman Pengelolaan pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Kemdikbud, Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat tahun 2015. Yuliani Nurani Sujiono, 2013, Konsep Dasar PAUD. Jakarta Indeks George S. Morison, 2012, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta Indeks. pixabay image
1KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN PAUD Asmariani Dosen Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Agama Islam, Unversitas Islam Indragiri Abstrak Media pembel Author: Yenny Lesmono. 78 downloads 228 Views 523KB Size. Report. DOWNLOAD PDF. Recommend Documents. PEMBELAJARAN PAUD MENGGUNAKAN MEDIA BERBASIS .
10 Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD Kurikulum 2013 . 1. Belajar melalui bermain Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. 2. Berorientasi pada perkembangan anak Pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak. 3. Berorientasi pada kebutuhan anak Pendidik harus mampu memberi rangsangan pendidikan atau stimulasi sesuai dengan kebutuhan anak, termasuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus. 4. Berpusat pada anak Pendidik harus menciptakan suasana yang bisa mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak. 5. Pembelajaran aktif Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang mendorong anak aktif mencari, menemukan, menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan melakukan serta mengalami sendiri. 6. Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter yang positif pada anak. Pengembangan nilai- nilai karakter tidak dengan pembelajaran langsung, akan tetapi melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan. 7. Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kemandirian anak. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu baik melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan maupun melalui pembiasaan dan keteladanan. 8. Didukung oleh lingkungan yang kondusif Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur agar anak dapat berinteraksi dengan pendidik, pengasuh, dan anak lain. 9. Berorientasi pada pembelajaran yang demokratis Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk mengembangkan rasa saling menghargai antara anak dengan pendidik, dan antara anak dengan anak lain.
B Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21 Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang diterbitkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi Pemendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, BSNP merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan abad ke-21.

Prinsip Prinsip Pembelajaran PAUD Pendidikan Anak Usia Dini . Berikut ini adalah prinsip pendekatan pembelajaran anak usia dini. PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN PAUD 1. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati anak. Saat bermain anak melatih otot besar dan kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelola emosi, bersosialisasi, mengenal matematika, sain, dan banyak hal lainnya. Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energi, rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman semua syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga memudahkan menyerap berbagai pengetahuan dan membangun pengalaman positif. Kegiatan pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak menjadi anak yang senang belajar. 2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak Anak sebagai pusat pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran di rencanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak. Dilakukan dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan cara berpikir dan perkembangan kognitif anak. Pembelajaran PAUD bukan berorientasi pada keinginan lembaga/guru/orang tua. 3. Stimulasi Terpadu Anak memiliki aspek moral, sosial, emosional, fisik, kognitif, bahasa, dan seni. Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan, kenyamanan, pengasuhan, gizi, pendidikan, dan perlindungan. Pendidikan Anak Usia Dini memandang anak sebagai individu utuh, karenanya program layanan PAUD dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Untuk memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD Holistik Integratif menjadikeharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD. 4. Berorientasi pada Perkembangan Anak Setiap anak memiliki kecepatan dan irama perkembangan yang berbeda, namun demikian pada umumnya memiliki tahapan perkembangan yang sama. Pembelajaran PAUD, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, dan memberi dukungan sesuai dengan perkembangan masing-masing anak. Untuk itulah pentingnya pendidik memahami tahapan perkembangan anak. 5. Lingkungan Kondusif Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Anak belajar kebersihan, kemandirian, aturan, dan banyak hal dari lingkungan bermain atau ruangan yang tertata dengan baik, bersih, nyaman, terang, aman, dan ramah untuk anak. Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya. Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. 6. Menggunakan Pendekatan Tematik Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. 7. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan PAKEM Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran. 8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan alat yang digunakannnya saat bermain. Karena itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga segala bahan yang ada di sekitar anak, misalnya daun, tanah, batu-batuan, tanaman, dan sebagainya. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Anak yang terbiasa menggunakan alam dan lingkungan sekitar untuk belajar, akan berkembang lebih peka terhadap kesadaran untuk memelihara lingkungan. Demikian prinsip prinsip pembelajaran PAUD Semoga bermanfaat dan share melalui Facebook Twitter atau Google+ Portal pendidikan anak usia dini no. 1 di Indonesia, Kurikulum dan pembelajaran PAUD terbaru. Follow sosial media kami.

modul Modul pembelajaran adalah suatu set bahan pembelajaran dalam kemasan kecil, namun mengandung isi yang lengkap, semua unsur dalam system pembelajaran sehingga dapat dipelajari secara terpisah dari modul lain. Penggunaan modul dalam pembelajaran, juga perlu diperhatikan, agar materi dapat dipahami, dan dapat mewujudkan tujuan pembelajaran.
1. Belajar Melalui Bermain Prinsip pertama dalam pembelajaran PAUD adalah belajar melalui bermain. Metode pembelajaran yang satu ini menjadi sangat populer di kalangan anak-anak karena dapat meningkatkan keterampilan mereka secara alami. Contohnya, saat bermain lego, anak-anak dapat belajar tentang keterampilan motorik, mengenali bentuk, ukuran, dan warna. 2. Belajar Dalam Kelompok Kecil Prinsip kedua adalah belajar dalam kelompok kecil. Anak-anak akan lebih mudah belajar jika dikelompokkan dengan teman-teman sebaya mereka. Dalam kelompok kecil, anak-anak dapat belajar secara interaktif dan berpartisipasi dalam permainan atau aktivitas yang memerlukan kerja sama. Contohnya, saat belajar mewarnai, anak-anak dapat dikelompokkan menjadi 4-5 anak agar dapat saling membantu dalam memilih warna-warna tertentu. 3. Pembelajaran Berbasis Proyek Prinsip ketiga adalah pembelajaran berbasis proyek. Anak-anak akan lebih cepat memahami bahan pelajaran jika mereka diajak untuk membuat proyek atau karya yang berkaitan dengan topik tertentu. Contohnya, saat belajar tentang hewan, anak-anak dapat membuat diorama atau scrapbook tentang hewan yang mereka pelajari. Hal ini dapat membantu anak-anak memperkuat pengetahuan mereka tentang hewan tersebut. 4. Belajar Melalui Musik Prinsip keempat adalah belajar melalui musik. Anak-anak akan lebih mudah mengingat pelajaran yang disampaikan melalui lagu atau musik. Contohnya, saat belajar tentang huruf dan angka, anak-anak dapat diajak untuk menyanyikan lagu yang menyertai gerakan tangan. 5. Pembelajaran Berbasis Pengalaman Prinsip kelima adalah pembelajaran berbasis pengalaman. Anak-anak akan lebih mudah memahami pelajaran jika mereka dihadapkan dengan pengalaman nyata dari topik yang sedang dipelajari. Contohnya, saat belajar tentang taman dan kebun, anak-anak dapat diajak untuk mengunjungi taman atau perkebunan. 6. Menerapkan Pembelajaran Secara Praktis Prinsip keenam adalah menerapkan pembelajaran secara praktis. Anak-anak akan lebih mudah memahami pelajaran jika mereka diberi kesempatan untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, saat belajar tentang memasak, anak-anak dapat diajak untuk memasak makanan sederhana di kelas. 7. Menerapkan Pembelajaran Di Luar Kelas Prinsip ketujuh adalah menerapkan pembelajaran di luar kelas. Anak-anak akan lebih mudah memahami pelajaran jika mereka dihadapkan dengan pengalaman nyata di luar kelas. Contohnya, saat belajar tentang transportasi, anak-anak dapat diajak untuk mengunjungi stasiun atau terminal bis terdekat. 8. Pengenalan Kemampuan Sosial dan Emosional Prinsip kedelapan adalah pengenalan kemampuan sosial dan emosional. PAUD juga menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar sikap dan perilaku yang baik dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Contohnya, anak-anak dapat diajarkan untuk bersikap sopan dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan. 9. Memperhatikan Tingkat Keterampilan Anak Prinsip kesembilan adalah memperhatikan tingkat keterampilan anak. Penting bagi guru untuk memahami tingkat keterampilan dan kemampuan anak dalam belajar dan menyesuaikan metode pembelajaran mereka dengan cara yang sesuai. Contohnya, seorang guru akan memilih materi yang tepat untuk anak-anak usia 2-3 tahun agar mudah dipahami oleh mereka. 10. Memberikan Umpan Balik Positif Prinsip kesepuluh adalah memberikan umpan balik positif. Guru harus memberikan umpan balik positif dengan mengapresiasi usaha anak-anak dan memberi penghargaan atas prestasi mereka. Contohnya, seorang guru dapat memberikan pujian dan hadiah kecil kepada anak-anak yang berhasil menyelesaikan tugas mereka dengan baik. Kesimpulan Dari 10 prinsip pembelajaran PAUD yang telah dibahas di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran yang diadaptasi untuk balita dan anak usia dini adalah pengalaman belajar yang menyenangkan dan memuaskan. Anak-anak yang belajar melalui bermain cenderung lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan belajar dan kreativitas mereka terus mencuatkan. FAQ 1. Apakah semua anak cocok dengan metode pembelajaran yang berbeda-beda? Ya, setiap anak unik dan memiliki cara pembelajaran yang berbeda-beda. Oleh karenanya, penting bagi guru untuk memahami karakteristik masing-masing anak dan menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai. 2. Apa manfaat dari pembelajaran melalui bermain? Manfaat dari pembelajaran melalui bermain adalah anak-anak dapat belajar secara menyenangkan dan alami tanpa tekanan dan stres yang terlalu kuat. Selain itu, anak-anak juga dapat mengasah keterampilan sosial dan emosional mereka melalui interaksi dengan teman-teman sebaya. 3. Mengapa penting untuk memperhatikan tingkat keterampilan anak dalam belajar? Penting untuk memperhatikan tingkat keterampilan anak dalam belajar karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Memperhatikan tingkat keterampilan anak membantu guru untuk menyesuaikan metode dan bahan pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar dengan lebih baik. 4. Dapatkah penggunaan musik membantu anak-anak untuk belajar lebih cepat? Ya, penggunaan musik dapat membantu anak-anak untuk belajar lebih cepat dan mengingat pelajaran yang telah dipelajari. Lagu atau musik yang disertai gerakan tangan dapat membantu anak-anak untuk lebih fokus dan terlibat dalam pembelajaran. 5. Bagaimana cara memberikan umpan balik positif kepada anak-anak? Cara memberikan umpan balik positif kepada anak-anak adalah dengan memberikan pujian dan penghargaan atas usaha dan prestasi mereka. Oleh karenanya, penting bagi guru untuk membuat suasana kelas yang positif dan mendorong anak-anak untuk terus berusaha dengan memberi umpan balik yang positif. OjJlUHX.
  • w7cfz2s31w.pages.dev/224
  • w7cfz2s31w.pages.dev/219
  • w7cfz2s31w.pages.dev/581
  • w7cfz2s31w.pages.dev/590
  • w7cfz2s31w.pages.dev/373
  • w7cfz2s31w.pages.dev/247
  • w7cfz2s31w.pages.dev/492
  • w7cfz2s31w.pages.dev/302
  • 10 prinsip pembelajaran paud beserta contohnya